BUMI DAN SEGALA ISINYA (PART 21)

<<< cerita sebelumnya

Ketika orang yang terjatuh setelah badai itu tersungkur lemah dan menoleh ke arah Jali dan Loly, betapa terkejutnya mereka ternyata orang itu adalah guru mereka sendiri, yaa Si Botak.

“Kalian anak anak bau kencur ingin mendapatkan permata di gunung sana? tidak akan aku biarkan kalian mendapatkannya untuk menyelamatkan bumi. Aku yang akan mendapatkannya agar bumi dan segala isi nya berada digenggamanku. Kalian memperjuangkan hal yang sia sia” Ucap si botak dalam keadaan lemah dan sebelum menghilang menjadi butiran pasir yang terbawa angin.

Selama ini, si Kakek bukan hanya memberikan Jali kekuatan, petunjuk, dan bantuan. Tetapi si Kakek juga bermaksud memberikan Jali pelajaran bahwa tak semua orang yang berlaku baik padamu juga memiliki niat baik. Bukan bermaksud menjadi orang yang “paranoid” tetapi begitulah manusia, isi hati nya tak bisa ditebak dan sewaktu waktu berubah niat sesuai hawa napsu dan emosinya.

“Ly, kamu dengar kan apa yang si botak tadi katakan? dia yang akan mendapatkan permata itu, sedangkan saat ini dia sudah kita musnahkan. Berarti, dia tidak hanya 1”

“Tetapi mengapa dia dengan baik nya memberi tau dan meyakinkan kita bahwa kitalah penyelamat bumi?”

“Itulah tipu muslihatnya. Dia memberi tau kita sebagai penyelamat bumi karena dia pun tau bahwa kita lah yang akan melawannya dan mengalahkannya”

Lalu tiba tiba teman teman yang lain menghampiri Jali dan Loly dan melihat raut wajah mereka seperti orang yang sedang berpikir keras

“Siapa sebetulnya makhluk yang menggendalikan badai tadi?” tanya bagja.

“Dia adalah Pak Rohman” jawab Jali yang masih tak habis pikir. Lalu teman teman nya yang lain pun ikut terkejut dan berpikir keras. Bagaimana mungkin Pak Rohman yang meyakinkan bahwa mereka adalah penyelamat bumi tapi beliau jugalah yang menjadi musuh mereka”

“Jal” sentak suara Loly tiba tiba mengejutkan semua orang. “Apa kamu ingat mimpi mu saat terjebak di masa yang akan datang, dimana orang orang menjadi botak karena kekeringan dan memilih motong habis rambut rambut mereka?. Yaa aku ingat, jawab Jali singkat karena masih penasaran dengan kelanjutan pembicaraan Loly. “Aku curiga musim itupun adalah permainan si botak, dan sugesti untuk membotakan kepala mereka adalah juga pengaruh si botak. Jadi orang orang tersebut akan menjadi antek antek nya, pasukannya, karena kita semua berada di dimensi itu sekarang”

Jali sampai terbengong mendengar omongan Loly. Mengapa ia tidak berpikir se cerdik itu. Pantas saja si Kakek mengatakan mengapa aku tidak bisa berpikir jernih dan sedikit cerdik padahal aku masih sangat muda. Mungkin inilah yang dimaksud Kakek. Aku hanya terlalu frustasi untuk kembali sampai tidak menyadari bahwa dimensi yang Jali datangi adalah dimensi dimana musuh musuh mereka berada.

Kalau begitu kita harus cepat cepat ke Gunung di timur sana, aku pun yakin bahwa si botak tidak akan menyerang kita hanya sekali duakali saja” ucap nisa yang ikut geram tetapi bersemangat

Lalu bergegaslah mereka terus berjalan berharap menemukan ujung dari gurun tandus ini. Tak bisa dipungkiri walau mereka sekarang juga menjadi lebih dewasa karena berada dimasa depan, haus adalah hal yang manusiawi. Terik matahari tidak menyisahkan sedikitpun kelembaban dalam rongga mulut mereka.

Guys, serius aku gak kuat banget kalau masih harus jalan dibawah terik seperti ini” ucap lola dengan posisi ruku dan memilih untuk tersungkur diatas pasir gurun. Tiba tiba kalung yang dipakai oleh Nisa bercahaya, memancarkan cahaya yang terarah, seperti memberikan petunjuk. “Jal, kalung ku bersinar ke arah sana” Nisa memberi tau. Ternyata arah tersebut menunjukan ke arah timur, mereka bergegas dengan siap sedia semisalnya tanda kalung itu lagi lagi menunjukan tanda bahaya. Berharap juga ini adalah pertarungan terakhir untuk melewati rintangan botak karena cahaya ini mengarah ke timur yang semoga aja mengarah pada gunung yang terdapat permata.

Ternyata cahaya itu menunjukan sungai yang membatasi langsung antara Gurun yang gersang dengan hutan rimba yang subur dengan gunung disana. Mereka sama sekali tidak mengerti dengan dua portal berbeda yang berbatasan langsung ini. ” Apa apaan ini, aku bisa gila dibuatnya, bagaimana bisa gurun dan hutan berbatasan seperti ini” pernyataan Bagja penuh frustasi. Lain dengan Lola yang sangat senang melihat air disana, karena dia lah yang sedari tadi mengeluh karena kehausan. Lola langsung berlari dan meneguk air di sungai. Yang lain pun ikut merendamkan sejenak tubuh mereka si sungai.

Tiba tiba kalung Nisa bersinar semakin menjadi jadi serasa dengan menyurut nya air sungai. Air yang surut itu membentuk sebuah makhluk tinggi besar seperti monster air. Makhluk itu menyeburkan air yang membuat mereka hanyut berhamburan. Mereka saling mencari satu sama lain, setelah melipir hingga ke tepi sunga, hanya Nisa yang tidak ditemukan. Dimana Nisa?. Kalung yang Jali kenakan bersinar menjadi warna biru langit, bersinar dan berkerlip. Semburan air yang tadi disemburkan oleh makhluk tadi membuat sungai kembali terisi dan ternyata Nisa ada disana. Nisa masih di dalam sungai, bahkan dia berdiri diatas air dengan gagah nya. Jali dengan Kepekaannya langsung menghampiri Nisa.

Jali berdiri tepat di depan Nisa. Nisa dengan kekuatannya membentuk bola air yang tiba tiba membeku menjadi bola es yang siap untuk ditembakan. Sedangkan jali dengan hentakannya membuat air sungai membeku sampe ke makhluk tersebut. Setelah membeku, Nisa menembakan bola es tersebut ke arah monster air itu yang membuatnya hancur berkeping keping.

Tapi tak seperti saat di gurun, ketika makhluk tersebut hancur, tak ada si botak disana. “Aku yakin, si botak menunggu kita disana” kata Jali kepada Nisa sambil menunjuk kearah gunung. Lalu Bagja, Andi, Lola, Loly dan Dudung menghampiri Nisa dan Jali. Saat mereka semua sudah berkumpul, mereka baru menyadari bahwa dasar sungai tersebut membentuk sebuah tulisan “Memayu hayuning bawono, ambrasto dhur angkoro”. Sebuah wejangan jawa, tapi apa artinya?. “Apa maksud dari kalimat ini?” tanya Lola. Dan Andi pun menjawabnya “Arti dari tulisan ini adalah percantiklah keindahan dunia, dan berantaslah ke angkara murkaan”. Jali, Bagja, Lola, Loly merasa bingung, lalu Jali bertanya “Tapi apa maksudnya?”. Lalu dengan penuh kebijaksanaan Nisa menjawab “Kalimat ini memberikan maksud kepada manusia agar ketika hidup didunia hendaklah berusaha memperindah dunia ini dengan rasa cinta kasih kepada semesta, serta memberantas sifat angkara murka dan sifat tercela lainnya yang merusak semesta”. Baru mereka bisa memahami maksud dari wejangan tersebut, dan semakin yakin bahwa mereka benar benar ditakdirkan menjadi penyelamat dunia.

Cerita Selanjutnya >>>

Tinggalkan komentar