INSPIRING MUSLIMAH

“URAYNIAB”

undefined

Terdapat seorang laki laki yang sangat mecintai ibunya, mereka pun tinggal berdua bersama sama. Ibunya sudah sangat tua dan tidak memungkinkan untuk tinggal sendiri dengan kondisi yang demikian rupa.

Anak ini bernama Yazid. Ia merupakan anak yang berbakti kepada ibunya, apalagi ibunya adalah satu satunya orang tua yang ia miliki. Sampai suatu ketika, Yazid bertemu dengan seorang gadis cantik yang akhirnya ia pinang untuk menjadi istrinya atas izin ibunya.

Lalu singkat cerita, merekapun menikah dan tinggal satu atap. Yazid, ibunya dan Urayniab harus tinggal bersama karena keluarga Yazid bukanlah keluarga kaya raya yang memiliki banyak tempat tinggal. Ditambah kondisi ibunya Yazid yang tidak memungkinkan untuk tinggal sendirian.

Karena Yazid adalah seorang anak yang sholeh, yang berbakti kepada ibunya, membuat sang ibu teramat sangat menyayanginya. Sang ibu yang mengetahui apa saja yang disukai oleh putranya dan hal ini membuat ibunya terus ikut campur dan memberikan masukan kepada Urayniab agar bisa dengan baik mengetahui apa apa saja yang disukai oleh suaminya. Apapun yang dilakukan oleh Urayniab selalu saja menimbulkan teguran dan nasihat dari ibu mertuanya.

Dalam hidupnya, kini Yazid memiliki dua perempuan yang sama sama begitu ia cinta walau dengan porsi yang berbeda. Dimana ia sangat mencintai ibunya dan juga istrinya.

Sang menantu, yakni Urayniab kini merasa tidak suka dengan mertuanya. Menurutnya ia merasa terkekang dengan dilarang ini itu, ditegur ini itu, merasa terbebani dan membenci seorang figur ibu yang terus ikut campur dalam biduk rumah tangganya. Hari demi hari terus Urayniab diperlakukan demikian oleh ibu mertua nya sehingga rasa benci dalam dirinya tak tertahan lagi.

Lalu Urayniab memutuskan untuk pergi menemui seorang Tabib. Ia menceritakan semua keluh kesah nya terhadap mertua nya, menyampaikan betapa bencinya Urayniab kepada ibu mertuanya yang selalu menyalahkannya dan meminta pada Tabib untuk membuatkannya racun untuk membunuh mertuanya tersebut hingga mati. Sang tabib pun mendengarkan semua yang diceritakan Urayniab dengan tenang.

Sang Tabib berkata, ” Wahai Fulanah, ambillah air ini, kemudian teteskan pada makanan atau minuman mertuamu. Tapi dengan syarat, selama kamu meneteskan ini, ikutilah semua nasihat ibu mertuamu, sayangi dia, perlakukan ia dengan baik agar ia tak curiga kepada mu bahwa kamu berniat meracuni nya dan jangan engkau ceritakan kepada suamimu.”

Mendengar semua yang dikatakan oleh Tabib, Urayniab mengerti dan langsung mengambil air tersebut dengan cepat dam mengikuti semua syaratnya. Setiap hari, ia terus menerus secara rutin dan bersembunyi meneteskan air yang diberikan oleh Tabib dan tak lupa mengikuti semua syaratnya, yaitu patuh dengan perintah dan mendengarkan semua perkataan sang mertua agar mertuanya tak curiga dengan apa yang dilakukannya.

Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan terus dilalui oleh Urayniab dengan usaha meracuni ibu mertuanya. Ia terus melakukan ritual itu agar tujuan membuat ibu mertua nya mati dan dirinya bahagia hidup berdua dengan Yazid suaminya dapat terlaksana. Seketika suatu hari, dirinya ingin kembali meneteskan air tersebut di makanan sang ibu, terdengar suara sang ibu yang sedang berbicara pada Yazid. Sang ibu berkata ” Wahai Yazid anakku, kamu sangat tepat memilih istri. Dirinya begitu baik kepada ku sekarang, dan aku sangat mencintai menantuku, aku mencintai istrimu wahai anakku.”

Urayniab yang menguping pembicaraan tersebut seketika pecah tangisannya. Ia langsung pergi keluar rumah dan datang kerumah Tabib agar mendapat penawar dari racun yang telah ia dapat dari Tabib dan ia berikan kepada ibunya selama 3 bulan tersebut.

Setibanya dirumah Tabib, Urayniab menangis dengan terisak isak dan berkata kepada Tabib, “Wahai Tabib, berikanlah penawar akan racun yang telah ku berikan kepada ibu mertuaku, aku tidak ingin ibu mertuaku mati dan meninggalkan kami,aku telah bersalah Wahai Tabib. Berikanlah penawar paling ampuh kepadaku, aku mencintai ibu mertuaku.”

Sang Tabib yang mendengar kejujuran Urayniab hanya tersenyum dan berkata, “Wahai Fulanah, sesungguhnya air yang kuberikan padamu adalah air biasa, sebetulnya yang racun itu adalah pikiranmu sendiri, yang racun adalah hatimu sendiri. Kamu menganggap semuanya salah dan kebencian menjadi alas bagi hatimu.”

-Sekian-

Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Urayniab ini adalah, bahwasannya ketika kita seorang perempuan muslimah telah menikah/dinikahi, maka Ibu mertua adalah sama seperti Ibu kandung kita sendiri. Perlakukan Ibu mertua kita dengan baik dan jangan jadikan suami kita menjadi durhaka kepada Ibu kandungnya hanya karena napsu kebencian dihati kita. Karena bila seorang lelaki muslim telah menikah, adab untuk tetap berbakti kepada orang tua nya (Birrul Walidain) masih terus menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Tidak ada mertua yang tidak menyayangi menantunya bilamana menantunya bersikap baik, sopan, rendah hati dan bersikap lembut.

Semoga kisah dari Urayniab ini dapat menjadikan inspirasi untuk kita semua agar selalu berbaik sangka dan menjadi istri yang sholeha, aamiin.

Tinggalkan komentar